Sabtu, 28 Desember 2013

BANJIR BUKAN LAGI HAMBATAN



BANJIR BUKAN LAGI HAMBATAN

        Kisah munculnya usulan ‘Pembangunan Jembatan Limpas’ di desa Tawui. Kecamatan Pinu Pahar dengan geografi perbukitan dan sungai terdiri atas enam desa. Keunikan bagi kecamatan ini bahwa garis perbatasan wilayah politis semua desa dibatasi oleh sungai dan anak sungai. Bukan saja batas wilayah desa, wilayah dusun dan bahkan antar Rukun Warga-pun demikian. Relasi sosial dan urusan pemerintahan secara kewilayahan atau desa hampir terputus pada rentang musim penghujan saat muka air banjir naik dan jika terpaksa dilakukanpun maka perlu ekstra waspada karena harus langgar sungai berulang-ulang atau identik istilah langgar kali berkali-kali.
              Hal mana dialami warga dusun/RW Jangga Mangu kampung Lairui dan Windi Jangga desa Tawui. Pada dua kampung ini terbagi atas empat RT,  terdiri dari 103 KK  dengan kisaran penduduk ± 335 orang. Kategori penduduk dua kampung ini adalah termasuk  RTM dilihat dari data penerima Raskin desa Tawui. Dari jumlah penduduk yang ada 20% diantaranya adalah anak usia sekolah. Penuturan warga bahwa segala aktivitas yang berhubungan dengan tetangga dusun dan pusat desa (sebelah sungai) baik sosial, pendidikan/sekolah  dan urusan pemerintahan lainnya terputus ketika musim penghujan. Untuk ke sekolah di pusat kota kecamatan di Tawui, anak-anak SD dan SMP mengambil sikap berdiam diri di rumah dan harus absen mengikuti proses belajar mengajar pada saat banjir demikian juga warga yang akan berurusan di kantor desa atau urusan sosial lainnya di pusat kecamatan.   

             
Atas masalah dan pengeluhan warga dusun Jangga Mangu desa Tawui pada tahapan Pra-Musrenbangdes dan Musrenbang Integrasi desa Tawui tahun 2012 melalui tahapan PNPM Mandiri Perdesaan mengusung usulan desa ‘Jalan Rabat Beton’ didalamnya pelengkap jalan ‘Jembatan Limpas’. Pada tahapan verifikasi oleh Tim Verifikasi (TV) usulan dinyatakan layak dan rekomendasi TV pada tahapan Musrenbangcam (Musyawarah Antar Desa Perioritas Usulan- MAD II tahapan PNPM-MPd) melalui perankingan usulan desa Tawui ini mendapat peringkat 3 dari semua usulan desa oleh tim penilai perwakilan masing-masing desa.
              Pada tahapan desain dan Rencana Anggaran Biaya bersama Kader Teknik Desa (KTD) didampingi oleh Fasilitator Teknik Kecamatan (FT) direncanakan type konstruksi rabat beton dan bangunan pelengkap jalan ‘jembatan limpas’. Melalui desain dan perhitungan teknis maka pada trase jalan menuju kampung Lairui dan Windi Jangga dusun Jangga Mangu dibangun Jalan Rabat Beton panjang 190 m’, dua (2) unit Jembatan Limpas masing-masing dengan bentang; panjang 20 m (jembatan limpas besar) dan panjang 8,30 m (jembatan limpas kecil).  Pada tahapan Musyawarah Antar Desa Pendanaan – MAD III usulan dengan desain jenis kegiatan untuk desa Tawui mendapat alokasi dana dari PNPM-MPd senilai Rp. 345.000.000,- untuk dilaksanakan tahun anggaran 2013.
              Antusiasme masyarakat khusus warga pemanfaat dusun Jangga Mangu dalam mendukung kegiatan ini datang berupa tenaga dan bahan lokal. Disepakati pada tahapan Musyawarah Desa Informasi – MD III bahwa material lokal yang ada di sekitar lokasi sasaran kegiatan diadakan secara swadaya dan suka rela oleh masyarakat. Untuk mendapatkan sesuatu dari kegiatan ini warga setempat menyediakan material lokal pasir dan kerikil untuk TPK (Tim Pengelola Kegiatan) dapat belanja langsung pada masyarakat. Tumpukan-tumpukan material lokal batu kali sebagai bukti swadaya hampir terlihat di sepanjang sungai titik jembatan limpas akan dibangun. Partisipasi pada awal sebelum kegiatan dimulai dan sangat terlihat saat pengecoran plat lantai jembatan.  Pelaksanaan kegiatan sarana ini sudah berlajan sejak tanggal 8 Agustus 2013 dan sampai dengan saat ini ( 20 September 2013) progres fisik sudah mencapai 65 %.
              Tanggapan baik dari masyarakat setempat warga desa Tawui khusus kampung Lairui dan Windi Jangga sebagai pemanfaat langsung sarana ini mengungkapkan kata tak terucap melalui wajah-wajah seri warga dan anak-anak sekolah SD, SMP ketika melintas ‘jembatan limpas’ walau belum sepenuhnya kegiatan ini rampung namun sangat besar harapan bahwa ‘Banjir Bukanlah Hambatan’ ketika akan melakukan sejumlah aktivitas (di seberang kali) yang berhubungan dengan pelayanan  baik aktivitas pendidikan/sekolah, pemerintahan dan pelayanan sosial lainnya dimusim penghujan pada saat banjir. Dengan slogan ‘masalah lalu biarlah berlalu’ sebagai impian manfaat yang akan mereka petik sekarang setelah sekian lama waktu  melewati rasa pahit yang mereka lakoni sebagai masa lalu. Desus kata tak dapat  ditepis ‘Untung ada PNPM’ itu yang sering di dengar.
                                                                                                                                                                


                 Tim Fasilitator Kec. Pinu Pahar – Sumba Timur
             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar